Untuk Felda


Semalam, aku bermimpi tentang kita, tentang Mama, Papa, Uti, dan Mas Ariq.

Source: pexel.com

Kau tahu, apa yang kulihat dalam tidurku? Aku tak bisa menceritakan semuanya padamu, bibirku bisa tumbuh daun untuk itu. Tapi yang paling kuingat, aku melihatmu sudah tumbuh dewasa.

Kau tak lagi bermain lilin, menonton SpongeBob, atau membaca novel anak-anak yang kubelikan. Kau juga sudah berhenti merengek-rengek pada Mama saat kemauanmu tak dituruti, atau mengejar-ngejar kakakmu yang mengganti chanel TV sesukanya.

Kau sudah berubah.

Aku tak tahu persis berapa usiamu saat itu. Tapi, melihat tumpukan buku-buku tebal di kamarmu, aku rasa kau sedang berusaha menyelesaikan kuliah. Yang ada di benakmu adalah belajar dan belajar.

Aku melihat masa depan yang cerah di matamu, secerah hari-harimu saat ini. Kau tak perlu khawatir kesulitan mencari pekerjaan. Semua mahasiswa, apalagi mereka yang duduk di tingkat akhir, akan mengangkat bahu saat ditanya tentang itu.

Kau hanya perlu yakin bahwa kau akan berhasil meraih cita-citamu, setinggi apa pun itu.

Saat kanak-kanak, kita berani menentukan cita-cita. Kau pun begitu, kan? Namun saat dewasa, keberanian itu luntur. Aku tak tahu pasti sebabnya. Itu misteri buatku. Mungkin, kepolosan anak-anak adalah sumber keberanian mereka.

Saat dewasa, saat kepolosan diri itu tak lagi tersisa, sedikit demi sedikit keberanian itu hilang.

Masalah dalam hidup adalah sesuatu yang niscaya. Orang yang tak berani menentukan cita-cita mungkin karena tak memiliki kepolosan dalam dirinya. Dan, tahukah kau apa yang membuat kepolosan itu hilang? Menyerah kepada masalah.

***

Sekarang, aku akan mengatakan sesuatu yang penting. Aku ingin kau bisa mengingat kata-kataku ini: jangan pernah takut dengan masa depan! Seburuk apa pun masalah membelitmu, sedalam apa pun kesedihan menguasai hatimu, jangan pernah menyerah!

Kejar terus cita-citamu!

Lihatlah dirimu sekarang, apa pernah kau meributkan masa depan? Tidak. Kau tak cemas dengannya. Jaga baik-baik keberanian itu. Jangan biarkan masalah demi masalah yang kelak menghampirimu memporakporandakannya.

Masa depan? Anggap saja sebagai teka-teki yang menantang.

Ciganjur, 14 November 2012

6 thoughts on “Untuk Felda

Leave a comment